Stormy April~ Sebuah Rekonstruksi Jiwa

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hai blogger, hai reader, hai yang kesasar sampai di sini.. hai semuanya~

Fyi, ini aku lagi di ruang tesis dan disertasi perpustakaan kampus. Niatnya mau revisian skripsi, tapi otakku lagi berapi-api, jiwaku lagi terbakar dan membara jadi aku lagi dalam mode meluap-luap, dan seperti biasa aku lagi gak punya partner jadi aku lari ke blog.

Banyak waktu nganggur akhir-akhir ini membuat aku kilas balik ke awal 2018. Progressku bisa dibilang belum 100% bahkan setelah setahun berlalu. Skripsi, kerja lapangan, tulisan, kepribadian dan lainnya, aku belum menghasilkan perubahan signifikan. Sedih? Iya, Kecewa? Banget. Nyesel? Ho'oh.

Jadi apa aja masalahnya?
Breakdown satu-satu deh..
1. Kerja Lapangan yang gagal terus dari hampir 2 tahun yang lalu.. masalah sepele, aku terlalu strict sama prosedur, aku males eksplor jalan lain tapi aku terlalu idealis, yaa.. masalah lama, idealis dan kurang realistis. Sesungguhnya aku bisa jadi fleksibel, tapi hal-hal yang bisa dibuat fleksibel gak akan terwujud sebelum mueeepeeett deadline. Udah tau masalahnya dimana? Sudah, aku puaham dengan diriku sendiri tapi itu nggak membuat suatu perbedaan berarti, aku susah berubah.
2. Skripsi yang belum kelar sejak hampir 2 tahun yang lalu, masih aja di Bab 4. Masalah sepele, masalah komunikasi dan keogahan pergi ke kampus.
Masalah yang sedikit nyambung sama kerja lapangan, karena idealnya skripsinya sambil kerja lapangan, kalau lapangannya ketunda, skripsinya pun ketunda. Padahal keduanya bisa berjalan terpisah, bisa dibuat fleksibel. Tapi akhirnya, mungkin (karena udah deket tenggat lulus) akhirnya pun aku gak maksain buat mereka berjalan selaras.
3. Tulisan, belum ada buku yang terbit sejak rencana November 2018 dan sampai April 2019 belum satu pun. Kenapa? Aku gagal fokus, mudah terdistract, padahal pengembangan cerita dan konten itu butuh kefokusan tingkat tinggi. Hidupku tenang ketika aku terpisah dari dunia luar, tapi dunia luar selalu mencariku. Tampaknya kecerdasan sosialku kurang matang, aku belum bisa menjalankan semuanya beriringan, masih harus fokus satu-satu, social intelligenceku belum ekspert untuk bisa multitasking. Thats why..
4. Publish Jurnal Penelitian.. target awalnya paling lambat April 2019, tapi ini bahkan udah mau habis April, skripsi ja belum selesai.
5. Kepribadian.. aku masih keras kepala.

Ada perbedaan mendasar pada anak dan orangtua.. kalau orangtua itu merasa paling tau, kalau anak itu sok tau. Ya, gak bisa dipungkiri orang tua itu sudah pernah merasakan, sudah berpengalaman tapi anak sering tidak percaya dan tidak mengambil hikmah dengan sungguh-sungguh. Ini benar-benar melekat padaku di bulan April 2019.

Aku punya banyak kekurangan yang sebenernya kelebihan juga, kalau aku memenej dengan bijaksana.
- otakku lumayan cepet merangkai informasi, otakku dingin, otakku kritis.. mulutku cepat tanggap dan lincah dalam bersilat lidah, aku tangkas dalam merangkai argumen dan melekatkan fakta, mengadukknya sedemikian rupa menjadi suatu opini yang antimainstream tapi cukup masuk akal.. tapi sering aku salah menggunakannya untuk meladeni argumen orang lain, dimana sesungguhnya lebih bijaksana jika aku hanya menerimanya dan diam.
- hatiku cukup luas, cintaku banyak, batinku kuat dan aku tipe yang bisa menguatkan diri sendiri setelah menguatkan oranglain.. tapi aku masih terjerumus.. hatiku yang luas dan batinku yang kuat sering secara setengah sadar menempatkan kenyamanan orang lain diatas kenyamananku sendiri, cintaku yang banyak sering disalahpahami, mungkin bisa menjadi toxic dalam relationship orang lain dan menjadi toxic bagi diriku sendiri.

Beberapa hal yang sangat mendasar dalam diriku, sangat perlu aku perhatikan mulai sekarang (walau sudah dinasehati sejak dulu) adalah:
1. Tentukan dan perjelas niat. Bukan hanya karena 'aku mau' tetapi lebih ke highlighting apa manfaat yang bisa aku beri dan apa yang bisa aku terima. Bukan masalah ketulusan atau keihklasan tetapi untuk memperjelas batasan dimanakah titik aku 'mencintai kemanusiaan' dan dimanakah titik aku 'aku tidak menghargai diri sendiri'. Sedikit berlatih, untuk menempatkan diriku sebelum oranglain, jika aku baik, maka aku bisa membantu oranglain lebih baik. Menjalankan kewajiban untuk memenuhi hak-hak diri sendiri sebelum mengorbankan diri sendiri untuk memenuhi hak orang lain, kamu bukan tergolong ahlul bait yang mengutamakan kesejahteraan ahli shuffah.
 2. Boleh kamu memperlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan, boleh kamu memberi orang lain apa yang kamu suka, tetapi bisa jadi mereka tidak menyukai apa yang kamu sukai.. apa yang menurutmu baik belum tentu baik bagi orang lain kecuali hal-hal yang sudah pasti baik (Al-Qur'an dan Hadis). Kamu suka dijelaskan tapi belum tentu orang lain menyukai penjelasanmu, lebih baik diam. Mungkin sesekali perlu menunggu orang lain yang memintamu daripada menawarkan cuma-cuma tetapi belum tentu oranglain suka dan bisa menerima.
3. Semoga dengan memprioritaskan diri sendiri sebelum oranglain dapat memperbanyak kontribusimu pada perbaikan hidup kemanusiaan. 

Ingin bersuamikan sosok Ali r.a., atau Muhammad s.a.w? Ingin keturunan sebaik Hasanaiyn r.a.? Jadikan dirimu sedekat-semampumu sebagaimana Fatimah r.a. dan Khadijah r.a.

By the way, banyak PR yang harus ditunaikan di bulan-bulan terakhirku di Jogja ini.
1. Tunaikan kerja lapangan | 2. Selesaikan skripsi. |3. Terbitkan karya. |4. Selesaikan tanggungan. | 5. Perbaiki silaturrahim.

Hafalan. Hafalan. Hafalan. Tambah hafalan. Tahsin hafalan. Muraja'ah hafalan.
Nabung. Nabung. Nabung. Nabung Umroh. Nabung Kuliah. Nabung Nikah.
Fokus. Fokus. Fokus. Fokus Kuliah. Fokus Kerja. Fokus Karya.

Bismillah, lillah.!!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Faatihah dari Segala Sisi (Kalau Gak Kuat Gausah Dibaca) Part 5 : 5 Tempat Makan Favorit

Review Drama (1) : Memories of the Alhambra

Unsur-Unsur dalam Komunikasi