Kisah Cintaku

Jadi kisah cintaku bukanlah kisah cinta karena belum ada cinta di dalam kisah ini. Bingung kan ya? Tahun ini aku umur 22 tahun, semakin kesini aku merasa cinta adalah sebuah kemewahan yang aku belum bisa dapatkan. Lewatkan soal cinta orang tua, saudara, kerabat, sahabat dan teman yaa, pasti aku tau aku disayang, aku dimengerti, tapi ini perihal beda, jadi stop "menceramahi" aku soal yang sudah disebutkan sebelumnya. 

Maaf sebelumnya aku ngeyel, tapi memang ini sedikit membuatku hampir kesel, memang juga aku orangnya keras kepala nggak bisa dikasih tau sekali duakali atau mungkin tigakali bakal ku gigit, tapi aku bukan anak menye-menye yang haus kasih cinta pacar karena broken home atau karena gagal paham kasih sayang orangtua dan saudara. Di usia di titik hidupku yang ini insyaAllah aku sudah paham dan sudah mudeng bagaimana keadaan perkasihsayangan dalam hidupku dan keluargaku, aku sudah paham situasi dan kondisinya.

Kalau kalian gagal paham, yaudah oke, tinggalin aja tulisan ini karena isinya hanyalah sebuah pertanyaan-pertanyaan yang entah perlu atau tidak perlu dipertanyakan tapi tetap kupertanyakan. Semakin kesini, semakin aku berpikir cinta itu kemewahan.




Entah karena sudah tersetting dibenakku atau bagaimana, aku takut terjatuh dan terpuruk dan tenggelam dalam ketidakberdayaan akibat kegagalan membina cinta atau bagaimana, aku takut memulai cinta, sehingga tidak bisa mendeteksi dan menemukan cinta yang bisa membuatku aman, nyaman dan terjamin.

Bisa dibilang, aku sangat jarang dan hampir tidak pernah dan sangat takut berekspektasi kepada orang lain bahkan dalam lingkaran terdekat, bukannya tidak percaya (ataukah memang tidak percaya? entahlah), hanya takut kecewa, bagus bila aku hanya akan kecewa kepada ketidak sesuaian dengan ekspektasi, tetapi akan sulit jadinya bila pada akhirnya akupun kecewa kepada mereka yang melakukannya, aku aikan sedih bila harus kecewa kepada seseorang, akhirnya, aku tidak berharap apa-apa.

Padahal dalam cinta akan ada dan timbul banyak harapan bukan? Bagaimana aku bisa membina cinta bila aku tidak cemburu? Bagaimana aku bisa membina cinta bila aku tidak mengharapkan kedatangannya? Rasa sebatas suka dan sayang yang selama ini silih berganti belum pernah membuatku merasa cemburu atau menginginkan lebih karena aku takut. Takut kecewa.

Rasanya sulit sekali untuk membiarkan diri berekspektasi kepada orang lain, tetapi rasanya juga berat ketika harus siap menjalankan rencana cadangan karena selalu bersiap membackup orang lain.

Separah-parahnya aku menilai cinta adalah kemewahan adalah ketika aku sampai membuat banyak rencana cadangan, seandainya pun pada saat aku menikah, mungkin akan terjadi banyak toleransi yang ku berikan kepada pasanganku atas apa yang dilakukannya (bukan karena aku sangat mencintainya hingga menyetujui apapun yang dia minta) tetapi karena aku harus percaya aku bisa melakukan apapun terlepas dari apapun yang dilakukannya. Kalau begitu kenapa menikah? Aku ingin memiliki anak-anak yang mencintai dan dicintai ibunya.

Tetapi sejujurnya aku juga menginginkan seseorang yang dapat meluluhkan hatiku yang keras, membuatku berekspektasi kepadanya, mengharapkan sesuatu darinya, mempercayainya.

Sudah 22 tahun, semoga tidak butuh sampai 22 tahun lagi untuk bisa terjadi cinta dihatiku.

Kalau boleh aku minta Allah swt berikan aku pasangan hidup yang terpercaya dan bisa diandalkan, yang bisa membuatku tenang dan nyaman, menuntunku ke arahNya. Boleh dibilang lelaki yang bukan hanya mementingkan lingkaran keluarga atau relasi terdekat dan tidak memperdulikan orang diluar komunitasnya, tetapi sama-sama mementingkan semuanya, tanpa pamrih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Faatihah dari Segala Sisi (Kalau Gak Kuat Gausah Dibaca) Part 5 : 5 Tempat Makan Favorit

Review Drama (1) : Memories of the Alhambra

Unsur-Unsur dalam Komunikasi